Sebutlah namanya Ahmad, lelaki muda ini sebenarnya mempunyai cita-cita yang luhur, yakni selepas kuliah nanti dia tidak ingin melamar pekerjaan ke orang lain. Karena ia ingin berwiraswasta dan membuka pekerjaan baru bagi orang lain. Dengan langkah ini dia berharap banyak orang yang tertolong dengan pekerjaan yang ia berikan, juga banyak orang yang pada akhirnya mendapatkan rezeki melalui jalannya.
Namun cita-cita tinggal cita-cita, Ahmad harus mengubur sedini mungkin semua harapan dan cita- citanya itu, karena belakangan sesudah ia merasakan keluhan panjang pada tubuhnya, ia pun memeriksakan diri apa gerangan yang terjadi pada dirinya. Betapa kagetnya Ahmad ketika dia mengetahui bahwa ada kangker ganas yang bersarang di tubuhnya, bukan itu saja, yang lebih membuat dia merinding ketakutan adalah vonis dokter yang mengatakan bahwa dia akan hidup beberapa minggu lagi. Vonis dokter itu membuat hidupnya hampa, stress, dan tidak mempunyai arah. Setiap waktu bayang-bayang kematian senantiasa menghantui dan menyambanginya seakan waktu selalu datang bersama Malaikat maut yang siap mengambil nyawanya.
Lama kelamaan pada akhirnya Ahmad sadar, bahwa hidup dan mati seseorang semuanya sudah diatur oleh Allah SWT. Karenanya, kini yang ia persiapkan seharusnya adalah melakukan persiapan yang baik agar
bisa menghadap Allah dengan hati dan pikiran yang tenang. Intinya Ahmad ingin mengisi sisa-sisa hidupnya dengan hal-hal yang bermanfaat.
Salah satu hal yang selama ini ingin dilakukannya adalah hidup serumah bersama anak-anak yatim dan menghabiskan sisa waktunya bersama mereka. Atas izin ayah dan ibunya Ahmad mengumpulkan anak- anak yatim dan merawat mereka di rumahnya. Dia menganggap anak-anak itu sebagai bagian dari keluarga dan dirinya sendiri, setiap saat tampak keceriaan dan kebahagiaan di rumah itu karena kelucuan dan canda tawa anak-anak yatim. Wajah Ahmad pun tak lagi murung, ia merasa seakan tak ada penyakit apa pun yang diidapnya. Hal itu membuat keluarga besarnya merasa heran atas perubahan yang terjadi pada Ahmad.
"Melihat keceriaan dan ekspresi wajahnya seakan- akan Ahmad tak mempunyai masalah apa pun dengan kesehatannya. Atau jangan-jangan dia memang benar- benar sudah sehat dan penyakit membahayakan itu
sudah hilang dari tubuhnya?" ujar pamannya ketika berkumpul bersama keluarga besar Ahmad.
"Yah, kita husnuzan saja kepada Allah, semoga Dia memang benar-benar menghilangkan penyakit itu dari anakku," ujar ibunya menimpali.
"Kita harus yakin Kak," kata paman Ahmad, "Bukankah ustaz juga kemarin mengatakan agar kita mengobati penyakit kita dengan banyak bersedekah dan menyantuni anak-anak yatim sebagaimana yang dianjurkan oleh Rasulullah."
"Ya, saya percaya itu. Rasulullah tak pernah asai bicara atau sesumbar. Pasti yang dikatakan oleh beliau itu sebuah kebenaran."
Perlahan waktu berjalan meningkahi hari, seminggu sesudah vonis dokter itu kini sudah berlalu. Tak seperti perkiraan dokter, ternyata Ahmad masih bisa bernafas dan sehat layaknya tak punya penyakit apa pun. Bahkan bukan hanya Ahmad tetap hidup, dia malah lebih segar dan bugar. Tim dokter yang menangani penyakit Ahmad merasa takjub dan dibuat kaget campur penasaran dengan perubahan itu, dan untuk memastikan
kondisi kangker Ahmad, para dokter itu melakukan pemeriksaan yang lebih intens lagi terhadap penyakit Ahmad. Akhirnya, sampailah kabar menggembirakan dari hasil pemeriksaan itu, yang mengatakan bahwa di tubuh Ahmad sama sekali tidak ada lagi aktivitas kangker yang membahayakan itu.
Tangis bahagia dan haru menyelimuti setiap wajah keluarga Ahmad, mereka pun bersujud memuji kebesaran Allah SWT. Sungguh Allah Maha Benar, begitu pun dengan Rasul-Nya, Muhammad SAW.
Dikutip dari buku Pengalaman Ajaib Para Penyantun
Anak Yatim
Penulis : Husnudzan
Penerbit : Ufuk Publishing House
Home » Hikmah »
Khasanah »
Kisah Inspirasi »
Renungan
» Vonis Mati dari Dokter ternyata Tak Berlaku Lagi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Vonis Mati dari Dokter ternyata Tak Berlaku Lagi"
Post a Comment