“Ayah Kembalikan
Tanganku”
Siang itu, Bi Ijah pembantu
rumah tangga, membiarkan Nita sendirian bermain di rumah. Ia tidak menemani Nita
(4 tahun) bermain masak-masakan karena pekerjaannya tidak hanya mengurusi anak
majikannya saja. Selesai bermain masak-masakkan, Nita menemukan sebuah paku
karat di sudut garasi.
Ia mulai mencoret-coretkan paku
di lantai, tetapi karena lantainya keras, coretannya tidak jelas. Nita mendekati
mobil baru ayahnya. Pelan nita menggoreskan paku ke mobil. Betapa gembiranya
Nita melihat hasil lukisannya.Tampak jelas. Lalu ia melanjutkan proyek grafity
ke seluruh bagian mobil. Sementara itu Bi Ijah masih sibuk bekerja di dapur.
Saat petang tiba, dengan
mengendarai sepeda motor, ayah dan ibu Nita pulang dari kantor. Ketika si ayah
memasukkan sepeda motornya ke garasi, detak jantung berdegup lencang, ia
terkecut melihat mobil barunya penuh coretan. Sambil setengah berlari, ia
menjerit sekerasnya.
“Siapa yang mencoret-coret
mobil ?”
Dengan polos Nita menjawab “Nita
ayah. Bagus kan?”
Mendengar jawaban itu, si ayah
langsung mengambil sebatang rotan dan memukul-mukulkannya ke tangan Nita yang
dipegangi dengan kuat oleh ibunya. Tentu saja Nita meraung-raung kesakitan,
minta tolong. Tidak seorangpun yang menolong, bahkan pukulan rotan semakin
keras. Bi Ijah terbengong, tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Setelah puas melampiaskan
kemarahannya, ayah dan ibu baru menghentikan hukuman itu dan segera masuk ke
rumah meninggalkan Nita dan Bi Ijah yang bercucuran air mata tidak tega melihat
penderitaan anak asuhnya itu. Malam itu Nita tidur sama Bi Ijah. Ia tidak boleh
tidur bareng ayah-ibu. Kedua telapak tangan Nita membengkak, badannya panas.
Pagi hari Bi Ijah mengadukan
perihal kondisi tangan dan badan Nita. Sambil berjalan akan berangkat ke
kantor, ayah-ibu memerintahkan Bi Ijah memberikan obat penurun panas dan
mengoleskan salep. Tiga hari terlewati, lepas begitu saja dan berlalu tanpa
ayah-ibu itu menengok anaknya yang tergeletak di kamar pembantu, sampai pada
suatu kesempatan Bi Ijah memberanikan diri berkata : “Nita demam, panas
badannya tidak turun-turun dan tangannya bengkak.”
“Sore nanti saja kita bawa ke
dokter,”kata majikannya sambil berangkat kerja.
Sore itu Nita dibawa ke dokter,
yang kemudian merujuk untuk dirawat inapp dirumah sakit karena kondisinya sudah
sangat serius. Beberapa hari dirawat di rumah sakit, dokter memanggil ayah-ibu
Nita.
“Tidak ada pilihan....., kedua
tangan Nita harus diamputasi”
“Jaringan organ kulit bagian
dalam tangannya sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya, kedua tangan itu
perlu di potong dari siku ke bawah,”ucap dokter.
Dengan berat hati dan
bercucuran air mata, tangan ayah Nita membubuhkan tanda tangan persetujuan.
Pagi itu, tangan Nita dipotong.
Setelah siuman, Nita baru menyadari bahwa kedua tangannya sudah tidak ada,
sambil berliangan air mata anak itu berkata: “Ayah...Ibu... Nita tidak akan mencoret-coret mobil lagi. Nita sayang
ayah... Nita sayang ibu,” sambil memandang Bi Ijah Nita melanjutkan, “Nita juga sayang Bi Ija..”
“Sungguh,
Nita sudah kapok...Tapi tolong ayah jangan ambil tangan Nita...Kembalikan
tanganku...ayah...ibu..!”
Astagfirullohal’adzim....
Kalo sudah seperti ini siapa
yang akan menyesal...?
Semoga bagi pembaca Blog ini
tiada satupun yang seperti itu, anak adalah Anugerah yang paling besar, Anak
adalah harta yang paling berharga.......!
0 Response to "Ayah - Ibu Kembalikan Tanganku"
Post a Comment