Apakah Anda
sering meniup secangkir kopi panas, atau sup panas saat akan
menyantapnya? Jika iya, tahukah anda mengapa dengan meniupnya seolah
panasnya berkurang? Apakah hal tersebut baik dilakukan? Apakah Anda juga
tahu dalam Islam meniupkan makanan dan minuman panas tidak
diperbolehkan dalam Islam?
Pertanyaan-pertanyaan diatas sangat menarik diperbincangkan mengingat
terdapat kajian ilmiah dari proses pendinginan makanan panas melalui
peniupan angin, namun terdapat efek kurang baik dalam kaitannya dengan
adab menyantap makanan dalam Islam.
Benarkah meniup makanan dan minuman panas membuatnya lebih dingin?
Jawabnya ya, Bagaimana prosesnya? Jawabannya adalah perpindahan kalor
melalui proses konduksi dan konveksi.
Artikel dari About.com menjelaskan bahwa: Napas kita mendekati suhu
tubuh (98,6 ° F), sedangkan makanan panas berada pada temperatur yang
jauh lebih tinggi. Tingkat perpindahan panas secara langsung berhubungan
dengan perbedaan suhu.
Energi panas menyebabkan molekul untuk bergerak. Energi ini dapat
ditransfer ke molekul lain, mengurangi pergerakan molekul pertama dan
meningkatkan pergerakan molekul kedua. Proses berlanjut sampai semua
molekul memiliki energi yang sama (mencapai suhu konstan).
Jika Anda tidak meniup makanan Anda, energi akan ditransfer ke sekitar
wadah dan udara molekul (perpindahan kalor secara konduksi), menyebabkan
makanan Anda kehilangan energi (menjadi lebih dingin), sementara udara
dan piring akan mendapatkan energi (menjadi lebih hangat). Jika ada
perbedaan besar antara energi dari molekul (misalkan cokelat panas,
udara dingin atau es krim di hari yang panas), efeknya berlangsung lebih
cepat daripada jika ada perbedaan kecil (misalkan pizza panas di piring
panas atau salad didinginkan pada suhu kamar). Dalam pengertian bahwa
proses ini relatif lambat.
Saat meniup makanan, Anda mengubah situasi. Anda memindahkan napas yang
relatif dingin terhadap udara panas pada makanan (konveksi). Hal ini
meningkatkan perbedaan energi antara makanan dan sekitarnya dan
memungkinkan makanan untuk dingin lebih cepat.
Bagaimana proses pendinginannya? Ketika Anda meniup minuman panas atau
makanan yang mengandung banyak uap air, sebagian besar efek pendinginan
karena pendinginan evaporasi. Pendinginan evaporasi begitu kuat bahkan
dapat menurunkan suhu permukaan di bawah suhu kamar!
Cara kerjanya: Molekul air dalam makanan panas dan minuman memiliki
energi yang cukup untuk melarikan diri ke udara, perubahan dari air cair
atau air gas (uap air). Terjadi perubahan fase menyerap energi,
sehingga ketika itu terjadi, menurunkan energi dari sisa makanan, yang
disebut pendinginan. Awan uap mengelilingi makanan, yang membatasi
kemampuan molekul air lainnya di dekat permukaan menguap.
Efek membatasi terutama karena tekanan uap, yang merupakan tekanan uap
air diberikan kembali pada makanan, menjaga molekul air dari perubahan
fase. Ketika Anda meniup makanan, Anda mendorong awan uap, menurunkan
tekanan uap dan memungkinkan lebih banyak air menguap. Kesimpulannya
perpindahan panas dan penguapan meningkat ketika Anda meniup makanan,
sehingga Anda dapat menggunakan napas Anda untuk membuat makanan panas
dingin dan makanan dingin lebih hangat.
Namun perlu diperhatikan bahwa kebiasaan meniup makanan panas
tersebut, merupakan hal yang tidak baik dilakukan dalam islam, lebih
tepatnya dilarang. Mengapa demikian?
Berdasarkan artikel yang dijelaskan dari konsultasisyariah.com, terdapat
dua hadis yang melarang meniup makanan panas, diantaranya:
1. Hadis dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Apabila kalian minum, janganlah bernafas di dalam gelas, dan ketika
buang hajat, janganlah menyentuh kemaluan dengan tangan kanan… (HR.
Bukhari 153).
2. Hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang bernafas di dalam gelas atau
meniup isi gelas. (HR. Ahmad 1907, Turmudzi 1888, dan dishahihkan
Syuaib Al-Arnauth).
Bahkan Ibnul Qoyim menjelaskannya lebih detail , yang jika diterjemahkan sebagai berikut:
Meniup minuman bisa menyebabkan air itu terkena bau yang tidak sedap
dari mulut orang yang meniup. Sehingga membuat air itu menjijikkan untuk
diminum. Terutama ketika terjadi bau mulut. Kesimpulannya, nafas orang
yang meniup akan bercampur dengan minuman itu. Karena itulah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan larangan bernafas di dalam
gelas dengan meniup isi gelas. (Zadul Ma’ad, 4/215).
Mengapa hal tersebut dilarang, sudah pasti ada alasan yang tidak
mengada-ngada, seperti penjelasan ilmiah di bawah ini, begitu jelas
memaparkan bahwa meniup makanan dan minuman panas adalah kebiasaan
buruk.
Sebuah artikel dari blog dway2live.blogspot.com menyatakan bahwa:
Makanan dan minuman panas mengeluarkan uap air yang disebut H2O. Ketika
kita meniupnya, berarti memberikan gas ekskresi yang mengandung karbon
dioksida CO2. Ketika uap air yang dicampur dengan gas karbon dioksida
itu akan bereaksi dan menghasilkan asam karbonat yang bersifat asam.
H2O + CO2 -> H2CO3
Dalam darah kita ditemukan H2CO3 yang berguna untuk mengatur pH dalam
darah. Darah adalah Buffer (solusi untuk mempertahankan pH) untuk
menjaga kondisi asam lemah H2CO3 di dalam bentuk HCO3 untuk memastikan
darah memiliki pH antara 7:35-7:45 dengan reaksi berikut:
CO2 + H20 <= H2CO3 => HCO3- + H +
Tubuh menggunakan penyangga pH dalam darah sebagai pelindung dari
perubahan yang tiba-tiba terjadi pada pH darah. Ketika ada perubahan,
dapat menyebabkan keseimbangan pH darah tidak dapat dipertahankan dalam
keadaan normal apakah itu lebih asam atau basa dan ini akan mengganggu
sistem.
Apa yang terjadi setelah kita makan atau minum makanan yang ditiup? Akan
meningkatkan keasaman darah dan menyebabkan kondisi di mana darah akan
menjadi lebih asam (pH menurun).
Seiring dengan penurunan pH darah, pernafasan menjadi lebih cepat karena
tubuh berusaha untuk menstabilkan keasaman darah dalam fase normal
dengan mengurangi jumlah karbon dioksida.
Ginjal juga berusaha untuk mengatasi masalah tersebut dengan
mengeluarkan lebih banyak asam melalui urine. Tetapi kedua mekanisme
akan sia-sia jika tubuh terus memproduksi terlalu banyak asam.
Dalam jangka panjang akan menyebabkan asma, mengantuk, mual dan tubuh
tidak dapat berfungsi dengan baik. Sampai dapat menyebabkan tekanan
darah rendah, stroke, dan bahkan dapat menyebabkan koma hingga kematian.
Sederhananya, Karbondioksida merupakan gas hasil ekskresi dari
pernapasan. Penelitian tersebut masih memerlukan kajian ulang, efek
sampingnya mungkin tidak dalam waktu dekat, namun berjaga-jaga lebih
baik. Terlebih bagi yang sedang tidak sehat atau memiliki riwayat
penyakit akut, sangat dianjurkan tidak meniup makanan atau minuman panas
saat akan memakannya, terlebih jika itu untuk anak atau orang lain yang
akan memakannya.
Wallahu a'lam. Semoga kurang puas, sehingga sahabat mencari artikel lainnya untuk menambah wawasan.
Sumber : http://www.intriknews.com
0 Response to "Alasan Ilmiah Mengapa Tidak Boleh Meniup Makanan yang Dalam Kondisi Panas"
Post a Comment