Oleh Dr Khalid Abu Syadi
(Dalam kitab "Shafaqah Rabihah")
Syaibani Ar-Ra’i berkata kepada Sufyan Ats-Tsauri, “Wahai Sufyan! Hitunglah berapa banyak Allah menahan pemberian-Nya kepadamu, sesungguhnya Dia tidak memberimu, bukan karena Dia bakhil, tapi Dia menahanmu karena cinta kepadamu.”
Bukankah Khidir melubangi kapal agar bisa selamat. Diapun membunuh anak kecil untuk menyelamatkan kedua orang tuanya dari kekejaman anak tersebut, lalu dia membangun tembok agar dua orang anak mendapat manfaat dari harta simpanan yang terpendam dibawahnya pada saat mereka sudah dewasa.
Menceritakan kepada saya orang yang saya percayai kejujurannya, bahwa salah seorang rekannnya dipenjara secara zhalim pada tahun 1965, dia adalah panglima pada sebuah pasukan tentara. Ketika terjadi peristiwa tragis pada tahun 1967 seluruh pasukannya pada regu tersebut dibantai. Lalu bersyukur pada Allah yang masih melindungi dirinya dalam penjara dan menyelamatkannya dari kematian yang tragis tersebut.
Salah seorang Syaikh bercerita kepada saya, bahwa salah seorang saudaranya hendak mengarungi perjalanan panjang dengan sebuah kapal, namun dia datang terlambat dari jadwal keberangkatan kapal tersebut, sehingga kekecewaan sangat menyelimuti dirinya karena tidak dapat menghadiri acara yang sangat penting. Lalu dia menaiki kapal yang berangkat berikutnya. Terdengar kabar bahwa kapal pertama tenggelam disungai Nil dan seluruh penumpangnya mati tenggelam. Seluruh pemberitaan publik terpusat pada peristiwa tersebut sambil menguatkan nilai kasih sayang Allah Subhanahu wa ta’ala. Jika seorang mukmin melihat sebuah musibah dari sudut pandang ini, tentu ia akan mengerti tentang firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.” ( Al-Baqoroh : 216)
Jika ayat tersebut melekat dalam hati, maka akan mengantarkannya pada kepasrahan yang sempurna dan kerelaan yang benar terhadap apa yang telah ditakdirkan, karena seorang hamba sangat bodoh dengan sesuatu yang bermanfaat baginya, sedang Allah maha Mengetahui hal tersebut.
Umar r.a. berkata, “Aku tidak peduli tentang apa yang akan terjadi tentang diriku di pagi hari ini, apakah aku berada pada sesuatu yang aku cintai, atau berada pada sesuatu yang aku benci? Karena aku tidak mengetahui kebaikan, apakah terdapat pada yang aku cintai ataukah terdapat pada apa yang aku benci?”
Dalam sebuah syair dikatakan:
“Janganlah engkau membenci musibah saat ia tiba
karena setiap kejadian memiliki berbagai sisi.
Berapa banyak nikmat yang tidak mudah disyukuri
Yang tersembunyi di balik sebuah musibah.”
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Saat Allah Menahan Pemberian"
Post a Comment